Top
    bdk_surabaya@kemenag.go.id
(031) 8280116

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag: “Kehadiran Guru Itu Lebih Penting daripada Gurunya Sendiri”

Sabtu, 10 Desember 2022
Kategori: Berita
20 kali dibaca

BDKSURABAYA – Seorang guru  berfungsi penting dalam mengawal siswanya, mengantarkan mereka  menjadi generasi mendatang  yang moderat dan mempunyai nilai-nilai kebangsaan, karena merekalah yang akan menjadi pemimpin masa depan. Demkian cuplikan uraian kepala Badan Litbang (Balitbang) dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Republic Indonesia (RI), H. Suyitno saat memberikan materi kepada 3 angkatan peserta orientasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya melalui zoom cloud meeting. (10/12/2022).

“Bayangkan mereka ini jika sejak awal tidak kita tanamkan nilai-nilai moderasi terutama nilai-nilai kebangsaan yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak kita. Maka guru menjadi tokoh penting, karena  figur yang jadi tokoh idola mereka adalah guru,” tegasnya.

Dalam pandangannya guru perlu menjadi tokoh idola bagi siswanya, karena jika tidak maka apa-apa yang disampaikan guru  tidak akan tertanam pada siswanya. Terlebih pada era sekarang di mana anak-anak cenderung  lebih menyukai tokoh-yokoh publik dibanding para gurunya.

Untuk menjadi tokoh idola tersebut, menurutnya guru perlu meningkatkan kompetensi diri dalam mengajar baik dalam hal metode maupun konten yang diajarkan kepada siswa.

“Kalau berbcara tentang mengajar, mana yang lebih penting, apakah ath thooriqotu ahammu minal maddah ataukah almaddah ahammu minat thooriqoh. Mana yang lebih penting apakah the methodology is important than content  or  the content is important than methodology?,” tanyanya

“Kalua problemnya dalah metodologi, berarti metodologinya harus kita rubah  dan kita inovasi, kalua problemnya adalah konten berarti kita harus melakukan penguatan kompetensi. Maka diklat  yang termasuk orientasi PPPk sesungguhnya termasuk yang kedua yaitu  almaddah ahammu minat thooriqoh,” jelas Kepala Balitbang.

“Jika guru telah menjadi idola, maka yang terjadi adalah kehadiran guru lebih pentng daripada gurunya  sendiri. Itu maknanya  seorang guru harus hadir  pada setiap kesempatan baik secara fisik maupun non fisik, kalua non fisik itu berbentuk perhatian,” jelasnya.

Jika karena faktor tertentu tidak bisa hadir secara fisik, tidak bisa bertatap muka dengan siswanya, maka menurutnya seorang guru perlu hadir secara non fisik dengan memberikan perhatian apalagi siswanya sedang menghadapi maslaah. Maka selain sebagai teacher  guru juga berperan sebagai  adviser yang mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi siswanya.

Pada akhir sambutannya pria yang meraih pangkat akademik profesor dari  Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang tersebut berpesan agar   guru perlu memastikan bahwa, pertama para siswa harus mempunyai pemahaman yang utuh terkait dengan beragama yangg moderat, yaitu beragama yangg selalu  toleran dengan lingkungan, berpikiran possitif (husnudhon), menjauhi ujaran kebencian dan sikap-sikap lain yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. Kedua, bersikap tasamuh. Ketiga, memberikan penekanan agar siswa mempunyai kearifan lokal, bijaksana dan memberikan apresiasi terhadap budaya lokal. Keempat menanamkan pemahaman pada siswa tentang  pentingnya membangun relasi bukan hanya inter namun juga  antar agama, yaitu relasi yang berbasis pada kemanusiaan dan kebangsaan (AF).

Penulis : AF

Editor : AF

Sumber : BDK Surabaya


Berita Terkait

ARSIP