Top
    bdk_surabaya@kemenag.go.id
(031) 8280116

BDK Surabaya Raih ISO 9001-2015 dari PT Sucofindo

Selasa, 14 Desember 2021
Kategori:
127 kali dibaca

BDKSURABAYA – Berkat kerja keras  dari tim ISO 9001 2015, akhirnya Balai Diklat Keagamaan (BDK)  Surabaya memperoleh  sertifikasi ISO 9001-2015 dari PT Sucofindo, Badan Usaha Milik Negara yang diberikan wewenang untuk menilai dan memberikan sertifikasi ISO.  ISO 9001-2015 adalah standar internasional  di bidang sistem manajemen mutu., sehingga lembaga yang memperoleh sertifikasi ISO 9001-2015 berarti sudah memenuhi persyaratan internasional dalam hal sistem manajemen mutu atas produk/jasa yang dihasilkan. (14/12/2021).

Perolehan sertifikasi ISO tersebut memberikan konsekuensi bahwa dalam setiap proses kegiatan pelatihan, BDK Surabaya  harus berpedoman pada standar yang  telah ditetapkan dengan memperhatikan 7 prinsip dalam sistem manajemen mutu, yaitu 1). Fokus pada  pelanggan ( customer focus), 2) Kepemimpinan (leadership), 3) Keterlibatan orang (engagement of people), 4) Pendekatan proses (process approach), 5) Perbaikan ( improvemen)t, 6) Pengambilan keputusan berdasarkan bukti (evidence based decision making)  dan 7).  Manajemen relasional (relationship management).

Prnsip pertama,fokus pada pelanggan. Organisasi diharapkan dapat memenuhi harapan dan keinginan para pelanggannya karena keberlangsungan organisasi akan tergantung dari pelanggan. Maka produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi harus memuaskan para pelanggannya. Aktivitas yang dilakukan organisasi perlu senaniasa berorientasi pada pemenuhan keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan.

Prinsip kedua, kepemimpinan.  Pemimpin memegang peran penting dalam manajemen mutu. Setiap level pemimpin dalam organisasi harus berada pada satu arah dan tujuan sehingga mereka mampu menggerakkan anggota organisiasi untuk mencapai arah dan tujuan tersebut. Pemimpin perlu mempunyai visi yang jelas tentang masa depan organisasi, mampu mengembangkan nilai-nilai bersama, membangun kepercayaan dan menghilangkan kehawatiran pada pegawainya, mampu mengembangkan pegawai, bertanggung jawab, mampu menjadi model peran, mampu menginspirasi dan mendorong serta mengakui kontribusi dari setiap anggota organisasi.

Prinsip ketiga, keterlibatan orang. Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap anggota yang ada dalam organisasi mempunyai kontribusi yang penting, apapun posisinya. Setiap pegawai mempunyai kompetensi tertentu sehingga  keterlibatannya sangat diperlukan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Keterlibatan pegawai sangat diperlukan agar mereka mempunyai   rasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap masa depan organisasi. Maka organisasi perlu melakukan usaha agar para pegawainya berkomitmen bahwa mencapai tujuan organisasi adalah tujuan bersama yang harus dicapai. Dampak positif dari keterlibatan pegawai tersebut adalah munculnya persepsi positif pegawai terhadap pekerjaan dan organisasi.

Prinsip keempat, pendekatan proses.  Sebuah kegiatan agar berhasil dan berjalan dengan efektif dan efisien ketika kegiatan tersebut terbangun dari   proses yang saling terkait yang mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan.  Proses yang ada dalam organisasi harus terstruktur dan terarah pada tujuan tertentu.  Pendekatan ini akan membantu organisasi  untuk membagi tanggung jawab dalam setiap kegiatan, menentukan keiatan-kegiatan pokok berikut risikonya, mengidentifikasi dampak dari setiap kegiatan terhadap pelanggan dan  mengidentifikasi permsalahan yang kemungkinan muncul dari setiap fungsi yang ada dalam organisasi.

Prinsip kelima, perbaikan.  Prinsip ini menjelaskan bahwa perbaikan yang terus-menerus sangat diperlukan bagi organisasi  untuk mencapai kesuksesan. Tidak ada organisasi yang sempurna sehingga memerlukan perbaikan dan perubahan secara kontinyu agar mampu memenuhi tuntutan lingkungan. Tingkat kinerja organisasi  akan lebih baik ketika terjadi perbaikan secara kontinyu pada cara kerja dan sistem kerja yang lebih produktif, diimbangi dengan peningkatan kompetensi pegawai.

Prinsip keenam, pengambilan keputusan berdasarkan bukti. Prinsip ini menjelaskan bahwa  pengambilan keputusan dalam organisasi harus berdasar pada hasil dari analisis dan evaluasi atas data dan informasi.  Adanya ketidakpastian dan situasi yang kompleks dalam organisasi  perlu diatasi dengan  pendekatan bukti. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada analisis atas bukti yang ada  cenderung memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan dengan keputusan yang didasrkan pada interpretasi dari beberapa orang. Dalam manajemen mutu, bukti diartikan sebagai informasi yang menunjukkan atau membuktikan bahwa sesuatu memang ada atau sesuatu adalah benar.  Bukti tersebut dapat diperoleh  dari kegiatan observasi dan pengukuran dengan alat ukur yang akurat.

Prinsip ketujuh, manajemen relasional. Prinsip ini menjelaskan bahwa untuk mencapai keberhasilan yang berkelanjutan, organisasi perlu membangun hubungan dengan berbagai pihak yang terkait dengan  bisnis utama organisasi, baik pegawai, pelanggan, masyarakat, institusi lain dan pihak lain yang berkepentingan dengan organisasi. Hubungan tersebut tentunya menjadi hubungan yang saling menguntungkan, di mana berbagai pihak dapat mencapai tujuan bersama dengan mengedepankan  keseimbangan dan kesepahaman.(AF).

 

 

Penulis :

Editor :

Sumber :


Berita Terkait

ARSIP