BDKSURABAYA - Beragam materi inti dalam pelatihan jarak jauh (PJJ) Karya Tulis Ilmiah (KTI) telah diterima peserta. Kali ini mereka menerima materi tentang penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian yang perlu dipahami oleh setiap guru karena terkait dengan proses belajar mengajar guru dengan siswanya.(28/07/2021)
Menurut Widayanto, widyaiswara utama Balai Diklat Keagamaan Surabaya yang mengajar materi tersebut melalui zoom, PTK atau Classroom Action Reserach (CAR). adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara lebih rinci, Widyanto menjelaskan bahwa tujuan PTK, yaitu (1) memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, (2) memperbaiki mutu pembelajaran, dan (3) mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu, pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.
Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru. Guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerja ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman data yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup bermakna.
Keempat, metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan.
Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.
Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah.
Menurut penjelasan Widayanto, karena setiap PTK adalah ibaratnya mengobati penyakit/masalah, maka, terdapat formula kunci yaitu ada penyakit, obat, pasien dan rumah sakit. Misalnya dengan judul PTK: “Peningkatan Hasil Belajar Menemukan Sifat Simetri Bangun Datar, Simetri Putar dan Pencerminan Melalui Model Pembelajaran Inquiry Learning Siswa Kelas 3 di MI Islamiyah Brongkal I Pagelaran Kab. Malang.”
Dari judul tersebut maka kalimat Peningkatan Hasil Belajar Menemukan Sifat Simetri Bangun Datar, Simetri Putar dan Pencerminan adalah penyakitnya. Kalimat: “Melalui Model Pembelajaran Inquiry Learning” adalah obatnya. Kalimat: Siswa Kelas 3 adalah pasiennya. Sedangkan kalimat” di MI Islamiyah Brongkal I Pagelaran Kab. Malang adalah rumah sakitnya. (AF).
Penulis :
Editor :
Sumber :