BDKSURABAYA – Setelah menangani pelatihan jarak jauh (PJJ) bebrapa angkatan, ada kesan tersendiri bagi panitia penyelenggara pada Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya. Mereka rata-rata menyampaikan bahwa menangani PJJ diperlukan kesabaran ekstra, terutama ketika melayani chat dari peserta mulai dari jam kerja bahkan sampai larut malam. Meskipun dalam tata tertib PJJ dijelaskan bahwa peserta dilarang menghubungi panitia baik melalui chat maupun telepon di luar jam kerja, dalam praktiknya masih banyak peserta yang melakukannya bahkan sampai larut malam. Rata-rata mereka menanyakan hal-hal teknis seperti seperti menanyakan apakah tugasnya sudah masuk, cara mengunggah tugas dan hal-hal teknis lainnya yang sebenarnya pada saat awal pelatihan, panitia penyelenggara telah menyampaikannya dengan jelas, bahkan disertai dengan panduan yang bisa dibaca sewaktu-waktu. Begitu penjelsan rata-rata panitia penyelenggara PJJ ketika dimintai pendpaatnya tentang kesan menangani PJJ. (06/07/2021).
Moch Ali Lutfi, misalnya. ASN yang ditugaskan pada bagian kepegawaian tersebut menyampaikan bahwa menjadi panitia PJJ perlu tahan berjam-jam di depan laptop, sering mengontrol tugas peserta, sabar mengingatkan peserta yang belum mengerjakan tugas dan sabar dalam melayani peserta selama proses pembelajaran. “ Perlu kesabaran ekstra tangani pelatihan jarak jauh. Terutama ketika melayani peserta yang kurang menguasai menu dalam LMS PJJ BDK Surabaya. Meskipun di panduan telah dijelaskan, namun biasanya menurut peserta lebih enak tanya kepada panitia. Kita pun juga perlu sering mengingatkan peserta di grup WA, karena tidak semua peserta aktif dan rajin dalam mengunggah tugas tepat waktu,” jelasnya.
Peryataan serupa disampaikan oleh Sri Rejeki, ASN yang ditugaskan sebagai penyusun laporan hasil diklat. Menurutnya menangani PJJ dibutuhkan sikap membantu, karena peserta tidak mempunyai kemampuan yang merata dalam penguasaan LMS pada portal PJJ. “Kita akan sangat terbantu jika penguasaan IT peserta relatif bagus, namun nyatanya tidak semua peserta seperti itu. Karenanya kita perlu sabar dan punya helping behaviour, agar kesulitan peserta teratasi dan proses pembelajaran lancar. Kadang-kadang peserta masih kurang paham bagaimana cara mengunggah tugas, dan itu perlu dimaklumi dan kita bantu,” ujarnya.
Ungkapan yang tak jauh beda disampaikan oleh Ayun, ASN yang ditugaskan sebagai penyusun laporan keuangan. Baginya menangani PJJ sangat berbeda dengan pelatihan yang dilaksanakan secara klasikal. “ Saya merasakan perbedaan yang jauh antara PJJ dengan pelatihan klasikal, terutama dalam hal pelayanan terhadap peserta. Untuk PJJ tampaknya peserta sangat membutuhkan perhatian lebih. Kita dituntut untuk sabar melayani chat atau telepon yang dilakukan di luar jam kerja. Bahkan tak jarang peserta harus diingatkan berkali-kali untuk mengerjakan tugas,” urainya. (AF).
Penulis :
Editor :
Sumber :